desa ku

desa ku

Rabu, 02 Desember 2015

"SEBAHAGIAN CERITA TENTANG ABAH GURU SEKUMPUL DIMASA LALU"

"SEBAHAGIAN CERITA TENTANG ABAH GURU SEKUMPUL DIMASA LALU" ------------------------------------------------------ Suatu saat, atas saran Tuan Guru KH. Ahmad Zaini, orang tua KH. Badruddin Martapura, Guru Zaini yang saat itu masih sebagai santri Pesantren Darussalam, diminta untuk memperdalam Tajwid kepada seorang yang dianggap pakar dan ahli dalam bidangnya. Tuan Guru KH. Muhammad Zaini menuju/ditujukan kepada seorang yang dikenal Qari, Hafizh dan memiliki suara merdu yang khas yaitu Tuan Guru KH. Muhammad Aini, desa Pandai Kandangan. Dihari yang ditentukan berangkatlah Guru Zaini dengan menumpang bis dari Martapura menuju Kandangan. Perjalanan saat itu cukup melelahkan, karena masa itu jalan tidak semulus sekarang. Beberapa jam diperjalanan akhirnya Guru Zaini sampai juga dikota dodol ini, dan langsung menuju kerumah sang Guru. Ketika bertemu Tuan Guru, Guru Zaini ditanya bermacam alasan kenapa sampai belajar ke Kandangan ini. Namun semua pertanyaan itu dijawab Guru Zaini dengan sempurna dan memuaskan, sehingga Tuan Guru KH. Muhammad Aini akhirnya bersedia untuk mengajari Guru Zaini. Untuk mengetahui bagaimana bacaan muridnya ini, Tuan Guru meminta Guru Zaini membacakan surah Al-Fatihah. Guru Zaini pun lalu membaca Fatihah dengan suara beliau yang merdu. Mendengar ini sang Tuan Guru menangis tersedu-sedu. Usai membaca Fatihah, Guru Zaini menanyakan sebab Gurunya itu menangis. Tuan Guru KH. Muhammad Aini menjelaskan : "Seumur hidupku, aku belum pernah mendengar bacaan Fatihah sebagus yang ikam ( kamu ) bacakan tadi" Selama sekitar seminggu disana, Guru Zaini diajak mendampingi Tuan Guru menghadiri beberapa acara keagamaan. Seringkali Guru Zaini diminta untuk membacakan ayat suci Al-Qur'an, dan mengikuti acara maulid diberbagai tempat. Setelah dirasa cukup belajar kepada Gurunya, Guru Zaini mohon pamit dan minta izin untuk pulang ke Martapura. Sang Guru mengizinkan, hanya saja saat itu sudah sore, kemungkinan mobil tumpangan ke Martapura atau arah Banjarmasin tidak ada.. Namun Guru Zaini menyakinkan gurunya, bahwa mobil insya Allah ada. Saat itu sudah sore, Sang Guru mengantar Guru Zaini dari rumahnya ketepi jalan. Sesampai ditepi jalan raya, tak diduga tiba-tiba berhenti sebuah mobil, Guru Zaini pun pamit dan masuk. Belum jauh mobil itu berjalan dari berdirinya Sang Guru, mobil itu menghilang entah kemana, seperti tak berbekas. ------------------ Salah seorang santri Darussalam pernah menceritakan saat pengajian Guru Zaini masih di Keraton, ia sering kali hadir di Majelis tersebut, tapi duduk agak jauh dari jama'ah lain. Tidak jarang ia duduk dibawah batang sawo disekitar parkiran, dimuka langgar Darul aman Keraton. Dengan niat agar ia tidak mengantuk saat pengajian, suatu saat ia membawa sebungkus kacang ia mengunyah kacang. Namun tidak berapa lama setelah itu, dari dalam rumahnya Guru Zaini yang tengah membacakan Kitab Tafsir memperingatkan : "Tolong nang makan kacang diluar itu bamandak dulu lah, ni kita membaca kitab dulu nah ". Merasa dikasyaf Guru Zaini, ia langsung berhenti makan kacang, disamping tentu malu, karena semua mata memandang kearahnya. ------------------ Saat itu sudah menjelang tengah malam, suasana di Komplek Sekumpul pun juga sudah sunyi senyap. Tidak tampak seorangpun di Mushalla Ar-Raudhah maupun dihalamannya. Guru Zaini nampak belum tidur, demikian pula istri beliau. Tiba-tiba Guru Zaini bicara kepada istrinya bahwa beliau kepingin sekali malam itu mencicipi ikan baung. Sang Istri tentu merasa bingung untuk mengabulkan keinginan itu, disamping karena biasanya orang menjual ikan tersebut hanya pada siang hari, dan saat itu bukan musimnya. Namun Allah SWT menghendaki semuanya sebagai karomah bagi hambanya-Nya. Tidak lama sesudah itu terdengar ada orang mengetuk pintu rumah Guru Zaini. Setelah dibukakan pintu oleh istri Guru, ternyata ada seseorang yang menyerahkan ikan baung yang masih basah. Malam itu juga, ikan itu dimasak sesuai permintaan Guru Sekumpul. ------------------- Suatu ketika Guru Aini berkunjung kerumah Guru Zaini yang saat itu masih di Keraton. Kebetulah saat itu hanya Guru Aini yang berkunjung, jadi cuma mereka berdua yang ada saat itu. Guru Zaini dengan setengah guyon, bertanya kepada Guru Aini: " Yan, ikam handak melihat kekuasaan Allah Ta'ala kah?". Guru Aini cuma menjawab: "Inggih ". Maka tiba-tiba tubuh Guru Zaini yang saat itu duduk bersila terangkat dari lantai hingga kepala beliau hampir menyentuh plafon, lalu turun lagi seperti semula. Itulah sebagian karamah Guru Zaini yang ditemui secara langsung oleh Tuan Guru H. Muhammad Aini Pemantang Karangan, salah satu murid kesayangan Guru Zaini. اللهم وفّقنا فإن التوفيق من عندك وسهّل أمورنا فإن التسهيل من لُطفك يالله بالتوفيق حتى نفيق ونلحق الفريق اللَّهُمَّ يا اللهُ يا هادي صَلِّ على عَبْدِكَ و حَبِيبِكَ سَيِّدِنا مُحَمَّدٍ النَّبِيِّ الهادي و على آلِهِ و صَحْبِهِ و سَلِّمْ تَسْلِيما Keterangan Foto : KH. Muhammad Zaini Ghani ( Guru Sekumpul ) bersama KH. Muhammad Syarwani Abdan ( Guru Bangil )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar